Dari Hobi Sampai Prestasi
Feature
Tifanny Prameswati/ 6101415036
Tifanny Prameswati/ 6101415036
Dari
Hobi Sampai Prestasi
Usia
Putra tujuh belas tahun. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan Iwan Armunanto
dan Sri Rejeki. Putra Sira Ambara yang akrab dipanggil Putra, lahir di
Kabupaten Semarang, 3 November 2000. Remaja itu lahir di Desa Baran Kauman RT
04 RW 05, Kelurahan Baran, Kecamatan Ambarawa. Buah hati dari pasangan Iwan dan Sri ini
berhasil merajut prestasi bulutangkis dan membanggakan orang tua. `
Ditemui
pada Kamis 3 Mei 2018 di tempat latihannya Gedung Serbaguna Gotong Royong
Ambarawa siswa SMA Negeri 1 Ambarawa ini sangat antusias mengupas tentang
peristiwa dan pengalaman hidupnya. Sejak sekolah dasar ia gemar berolahraga,
lalu ia mencoba menekuni salah satu cabang olahraga yaitu bulutangkis. “Awalnya
saat saya kelas 2 sekolah dasar senang sekali bermain bulutangkis di samping
rumah bersama tetangga saya, lama-lama saya menjadikannya hobi,” ujar remaja
itu. Baginya melakukan segala sesuatu yang ia senangi akan lebih mudah dan
ringan.
Banyak
orang yang menyukai olahraga bulutangkis karena sarana prasarana yang mudah
ditemukan. Di lingkungan Putra sendiri setiap seminggu dua kali, diadakan
olahraga bulutangkis bertempat di Balai Desa Baran. Bahkan di Kecamatan
Ambarawa, olahraga bulutangkis sangat digemari dan bahkan menuai prestasi
dengan mengirimkan atletnya berlaga. Dari situ Putra makin tertarik untuk
mendalami olahraga bulutangkis dengan masuk ke Persatuan Bulutangkis Gotong Royong
Ambarawa.
Awalnya
Putra di bawa oleh ayahnya untuk melihat proses latihan menjadi atlet
bulutangkis. Selanjutnya ia mendaftarkan diri untuk ikut bergabung dalam
latihan. Mulai dari kelas 2 SD ia menekuni tentu banyak sekali liku-liku
perjalanan berlatih. “Saya senang awalnya karena dengan saya menekuni, saya
mendapat kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luang , tetapi imbasnya pada
nilai sekolah saya yang menurun karena sering latihan jadi saya tidak bisa
belajar akibat kelelahan,” kata Putra.
Melihat
nilai sekolah anaknya menurun, ibunya sempat melarang ia meneruskan hobinya
yang dianggap menyita waktu yang sangat
berharga. Lain halnya dengan pemikiran ayahnya bahwa segala sesuatu yang
dilakukan sungguh-sungguh akan memiliki hasil yang baik. Setiap usaha yang telah
di lakukan tidak akan pernah menghianati hasil. Apa yang sudah di tabur ya
itulah yang akan di tuai.
Putra
setuju dengan pendapat ayahnya, tetapi ia juga tidak ingin nilai sekolahnya
menurun. “Di sini saya belajar membagi waktu agar belajar dan berlatih sama
berjalan,” tutur Putra. Kesempatannya belajar paling banyak hanya di sekolah,
karena pulang sekolah ia harus berlatih bulutangkis. “Saya berlatih dari jam
tiga sore sampai tujuh malam. Setelah itu saya pasti lelah dan memilih tidur
daripada belajar,” ujar Putra. Putra hanya belajar di sekolah, selebihnya hanya
jika ada pekerjaan rumah saja ia membuka buku. Alhasil nilainya tidak begitu
menurun dibanding sebelumnya.
Tekat
menjadi seorang atlet bulutangkis sangat melekat pada diri Putra yang memiliki
semangat yang membara. Melihat pesaingnya begitu banyak dan memiliki kemampuan
yang bahkan di atas kemampuannya tak membuat Putra patah semangat, justru
membuat ia semakin terpacu untuk maju. Banyak program latihan yang harus ia
jalankan.
Hari
demi hari ia habiskan dengan berlatih bahkan saat latihan libur ia tetap
berlatih sendiri. Lari 10 kilometer, berenang, lari ke puncak gunung, dan masih
banyak lagi latihan unuk membentuk ketahanan seorang atlet bulutangkis. “Saya
biasanya melakukan semua itu dengan membawa teman supaya lebih semangat, karena kalau sendiri
akan terasa lebih berat,” kata Putra.
Tiba
saat Putra harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah ia latih. Ia mulai
mengikuti sebuah pertandingan pada saat kelas 5 SD. Hasil yang tak terduga ia
mendapat juara 2 dalam perlombaan pelajar se Kabupaten Semarang. “Ya itu piala
pertamaku di bulutangkis, rasanya senang sekali mendapatkannya walau masih di
peringkat kedua,”ujar Putra. Prestasi yang membanggakan untuk Putra dan membuat
orangtuanya senang melihatnya. Dari kemenangan itu ia semakin yakin bahwa apa
yang ditekuni akan membawa hasil yang baik pula. Perjalanan menjadi seorang
atlet baru dimulai, tidak cukup hanya menang saja tetapi bagaimana sebuah
proses menuju kemenangan dan bagaimana cara mempertahankan.
Menjadi seorang yang berprestasi
memang membanggakan tetapi ada pula yang iri. “Saya sering disendirikan entah
dengan pelatih atau teman berlatih, ya memang saya sadari bahwa saya orang
kurang mampu dan hanya punya tekat berlatih saja, sedangkan banyak saingan yang
les pribadi oleh pelatih dan membayar lebih dan saya merasa pelatih hanya
memperhatikan mana yang membayarnya lebih saja,” tutur Putra. Melihat
kondisinya dilumpuhkan tak membuat Putra kehilangan cara untuk berlatih. Ia mengajak beberapa temannya untuk
menambah jam latihannya.
Terlalu banyak berlatih tidak baik
untuk tubuh. Tubuh juga memerlukan istirahat untuk memulihkan jaringan tubuh
yang rusak. Mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi sangat penting, karena
apa yang di masukkan ke dalam tubuh akan diproses menjadi energi untuk
melakukan akifitas. “Dari kecil memang sudah terbiasa makan sehat, entah tempe
tahu atau sayur yang dipetik sendiri dari kebun, sangat jarang membeli makanan
instan karena kondisi ekonomi kami yang memaksa kami berhemat, tetapi sangat
bermanfaat bagi kami,” kata Putra. Keuntungan memiliki rumah di pedesaan yang
masih asri, semua serba alam belum banyak tercemar. Putra juga menuturkan bahwa
orang kurang mampu tidak boleh sakit, karena menurutnya kalau sudah sakit akan
membuang biaya untuk berobat.
Prestasi yang didapatkan Putra
selama berkarya dalam bulutangkis membuat ia banjir beasiswa. Banyak yang
memberi beasiswa masuk sekolah gratis, sampai membuat ia bingung harus memilih
sekolah. Dari sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas ia dapat
masuk secara mudah berkat prestasinya. Tak luput pula yang menawarkannya
beasiswa masuk persatuan bulutangkis yang lebih besar, yang memiliki sarana
prasarana memadai dan biaya hidup, cukup dengan ia menekuni bulutangkis saja.
Tetapi Putra lebih memilih sekolah paling utama. Baginya pendidikan hal paling
penting.
Prestasinya dari tahun ke tahun
meningkat, dari mulai tingkat kabupaten, kota, provinsi, bahkan nasional. “Saya
sangat senang memiliki prestasi dalam bulutangkis, dari situ saya belajar
banyak hal. Disiplin waktu, menghargai pelatih, menghargai teman, tidak curang
dalam berkompetisi, dan masih banyak lagi. Dukungan dari orangtua sangat
penting bagi saya, tanpa mereka saya tidak dapat seperti ini,” kata Putra.
Putra kemarin baru merayakan wisuda
SMA berencana untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi negeri. “Saya sudah
terdaftar dalam penerimaan mahasiswa baru jalur SBMPTN. Saya mengambil S1 Prodi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, di
Universitas Negeri Yogyakarta,” sambung Putra. Ujian masuk perguruan tinggi
negeri jalur SBMPTN tinggal menghitung hari. Persiapan yang dilakukan Putra
saat ini belajar dan berlatih dengan tekun. Melihat begitu banyak pesaing yang
akan ia hadapi, Putra sangat yakin bahwa usahanya tidak akan sia-sia. Percaya
diri dan berserah kepada Tuhan.
“Saya ingin mendalami kemampuan saya
dalam dunia kependidikan. Menjadi guru pendidikan jasmani kesehatan dan
rekreasi tidak mudah tetapi saya mau berusaha,”kata Putra. Awalnya ia tidak
menyangka akan memilih prodi PJKR untuk melanjutkan sekolahnya, karena
kecintaannya oleh aktivitas jasmani dan dorongan orangtua maka ia mengambil
prodi tersebut.
“Dari kecil saya diajarkan oleh
orangtua saya untuk hidup prihatin. Kalau mau sesuatu tidak bisa langsung
membeli. Jika saya meminta pasti kedua orangtua saya menyuruh untuk menabung
dari uang jajan saya. Awalnya berat, tapi itu sampai menjadi kebiasaan saya,”
ujar Putra. Setiap orang tua pasti mempunyai cara untuk mendidik anaknya
menjadi lebih baik. Putra salah satu contoh bagi kita untuk selalu mensyukuri
hidup yang telah Tuhan beri. Kebiasaan untuk menabung akan membuat ia tidak
kekurangan.
Putra
masih menjadi atlet sampai sekarang dan mengejar mimpinya yang gemilang menjadi
atlet sekaligus calon guru pendidikan jasmani. Tujuan Putra paling utama adalah
untuk membahagiakan orangtuanya. Orang tuanya yang selama ini mendidik sampai
ia mencapai sebuah prestasi yang membanggakan. “Saya akan lebih fokus belajar
lebih di perguruan tinggi nanti, dan harapan saya dapat lulus dengan hasil
sesuai dengan usaha saya. Saya sudah tidak sabar untuk melihat orang tua saya
makin percaya bahwa mereka tidak percuma mendidik saya samai sekarang ini,”
tutur Putra.
Semua
orang berhak berprestasi. Semua orang ingin memiliki nilai agar disegani dan
dihormati orang lain. Putra memiliki pesan untuk kita semua, “Jangan pernah takut mengambil keputusan,
karena dibalik suatu kegagalan terdapat kesuksesan yang tertunda. Jangan pernah
berpikir apa yang diberikan untukmu, namun berpikirlah apa yang bisa kamu
berikan untuk orang lain.”
(TP036)
Komentar
Posting Komentar