Kekompakan Dan Solideritas Tinggi PJKR A 2015 Dalam Ujian Panahan



Semarang - Senin (21/5) tepat pukul 09.00 WIB PJKR A  tengah melakukan ujian panahan di Lapangan Golf Unnes. Ujian panahan dilakukan di Lapanagn Golf alasanya lapangan cukup luas dan sejuk karena masih banyak pepohonan yang tumbuh. Mahasiswa yang mengikuti ujian berjumlah 33 orang dengan  memakai pakaian kaos berkerah putih polos dengan bawahan celana training gelap.
Pelaksanaan ujian panahan sangat tertip, dan lancar, hal ini dikarenakan saat pelaksanaan ujian dilakukan berdasarkan urutan absensi yang dimulai dari absensi atas sampai akhirnya absensi terakhir.
 “Ujian dilakukan berdasarkan urutan nim,” ujar Hafifah. “selain urut nim, biar cepat selesai yang maju tiga – tiga,” sambungnya.
Saat pelaksanaan berlangsung, tidak banyak mahasiswa yang memanah tidak tepat sasaran bidik ada yang menanah anak panahnya sampai melewati sasaran, ada yang meleset mengenai pinggir batasa sasaran bidik, ada pula saat memanah anak panahnya melesat jauh.
“Saat ujian berlangsung tidak banyak temanku yang bidikannya tepat, kebayakan meleset dari sasaran bahkan ada pula yang keluar jauh dari sasaran,” ujar Safiqoh.
Untuk menghindari cidera tangan saat memanah diperlukan perlengkapan pelindung tangan, mahasiswa PJKR A  ketika ujian memakai pelindung kaki yang digunakan dalam pertandingan bela diri sebagai antisipasi, walau hanya memiliki duah buah pelindung, PJKR A  sangat solid karena mau menggunakan secara bergantian dan mau mengalah kepada teman yang sekiranya membutuhkan guna menghindari cidera tangan.
Karena tidak banyak mahasiswa PJKR A  yang cidera tangan ketika usai melakukan panahan seperti bengakak,memar dan lecet, hal ini dikarenakan dalam memanah teknik yang dilakukan kurang tepat dan benar.
“Ada beberapa orang temanku yang usai memanah tanganya memar, lecet dan bengkak, seperti  edy, fani, hergi dan ifa tangan mereka usai memanah menjadi merah lama-kelamaan menjadi  lebam keungunan,” ujar Safiqoh.
“Untuk itu saya meminjam pelindung kaki yang dibawa salah satu temanku, dan itupun digunakan secara bergilir,” sambungnya.
Kelancaran dan keefektifan ujian panahan sangat dipengaruhi faktor kelengkapan dan jumlah peralatan. Keterbatasan jumlah seperti busur yang ada empat tetapi yang dapat digunkan hanya tiga serta kelengkapan bagian anak panah yang kurang menjadikan ujian sedikit mengalami hambatan.
Akan tetapi mahasiswa PJKR A  tetap melakukan ujian secara tertip dan teratur, tidak ada sifat egoisme mereka kompak saling menghargai.
“Alat yang di pakai busur empat  buah tetpi ada satu yang tidak layak pakai terus anak panah jumlahnya sedikit, ketika itu pinjam 15 buah dan itu pun bagian-bagian anak panah terutama bagian bulu anak panah rusak,” ujar Hafifah.
Ketika ujian berlangsung tidak banyak anak panah yang ditembakan melesat jauh dari sasaran bidik, adanya kejadian anak panah yang melesat dan menancap jauh di tanah menyebabkan mahasiswa PJKR A  kesulitan akan mencari anak panah tersebut. Sulitnya pencarian tersebut dikarenakan beberapa faktor salah satunya hilangnya atau rusaknya bulu anak panah dimana bulu tersebut dijadikan penanda anak panah tersebut tertancap, kedua terlalu dalamnya tancapan anak panah yang melesat dan menancap masuk ke tanah.
Ada bebrapa mahasiswa PJKR A  yang sempat kehilangan anak panah karena terlalu jauh melesat dan tertancap dalam ke tanah.
“Agung, Ayu, Wuri, Ciblek, Wahyu, Fizar, Hergi mereka yang sempat kehilangan anak panah ketika memanah,” ujar Hafifah.
Walau adanya kejadian hilangnya anak panah yang disebabkan individu temanya, PJKR A  tidaklah egois mereka saling kerja sama dan kompak dalam membantu temannya untuk mencari anak panah yang hilang.
“Teman-teman saling membatu untuk mencari anak panah yang hilang atau belum ketemu, kami bersaam-sama mencarinya tidak ada yang nganggur ataupun main panahan sendiri ketika kami mencari,” ujar Safiqoh.
Bahkan sampai pukul menujukan pukul 10.00  WIB lebih mereka tetap kompak dan bekerja sama untuk mencari anak panah yang belum ketemu tersebut sampai pada akhirnya ketemu. Pencaharian mereka dilakukan secara berpencar dengan berbagai cara yang mereka lakukan.
 “Yang kami lakukan yaitu melihat disekitar arah lesatan anak panah, menggali tanah, meraba tanah, mencabuti rumput, dan menyapu dedaunan yang berjatuhan di tanah,” ujar Safiqoh.

Sumber : Safiqoh dan Hafifah

 HDB/042

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUASA TAK MENJADIKAN ALASAN ATLET HANDBALL DEMAK UNTUK BERMALAS-MALASAN

Tugas Sport Jurnalism